Lahir di Hong Kong, Herman Li adalah musisi yang otodidak, sebagian besar ia belajar gitar dari mendengarkan musik favoritnya dan menonton video.
Setelah bermain di sejumlah underground rock dan metal di London, Herman memutuskan satu-satunya cara bagi dia untuk maju, adalah untuk membentuk sebuah band. Pada musim panas tahun 1999, Herman menemukan sejumlah musisi di Inggris untuk membuat band baru yang sekarang dikenal di seluruh dunia sebagai DRAGONFORCE. Walaupun intensifnya world tours dengan DragonForce, Herman juga mempunyai waktu untuk menulis kolom bulanan gitar di majalah Total Guitar (Inggris).
Dia juga telah memberikan banyak konsultasi gitar di seluruh dunia, dan menampilkan pendekatan ke instrumen untuk membantu menginspirasi gitaris di seluruh dunia.
Herman Li juga terlibat dalam pengembangan gitar listrik, dan memberikan ide-ide baru untuk meningkatkan instrumen.
Herman Li memenangkan 'Best Shredder' penghargaan tahunan di Metal Hammer Golden Gods Awards 2005. Bersama Sam Totman, Herman memenangkan empat kategori di Guitar World's Readers Poll 2007 untuk Best New Talent, Best Metal, Best Riff dan Best Shredders. Mereka juga memenangkan 'Best Guitar Solo' melalui lagu Through the Fire and Flames di Total Guitar. Herman dan partnernya Sam Totman telah bermain bersama selama bertahun-tahun, keduanya membuat dampak yang besar pada modern rock and metal scene.
Tahun 2007 Herman menerima undangan untuk tampil sebagai tamu khusus bersama dengan gitaris legendaris Steve Vai di Ibanez jem / RG model 20. Acara itu ditampilkan di Hollywood, California. Serta bermain di Steve Vai's set, Herman berbagi panggung dengan gitaris legendaris seperti Joe Satriani, Paul Gilbert, Tony MacAlpine dan Andy Timmons.
Siapa yang tidak kenal Band legenda dunia, QUEEN, yang lahir di Inggris tahun 1970. Lengkap dengan karakter musik rock progresive atau Classic Rock, dikenal sebagai salah satu grup yang hampir semua personilnya adalah orang-orang yang sebenarnya adalah akademikus. Queen yang dimotori oleh Freddie Mercury (Piano/Vocal), Brian May (Guitar), Roger Taylor (drums), John Deacon (Bass) berhasil menghipnotis dunia melalui karya-karya besarnya. Kekuatan music yang dilahirkan Queen ternyata bukan hanya sekedar lahir dari ekspresi musisi saja. Queen dibangun oleh orang-orang cerdas.
Seperti salah satunya adalah Brian May, sosok musisi gitar rock yang paling progressive. Gaya clasical musik yang berbaur dengan deru electric guitar rock yang pastinya lengkap dengan efek-efek distorsi, sebagai salah satu kekuatan musik Queen.
Brian May (60), sebenarnya adalah seorang fisikawan. Dan bulan Agustus tahun ini (2007), Brian May meraih gelar doktor di bidang Astrofisika. Wow... rasanya jarang musisi yang juga menguasai ilmu-ilmu murni. Rasanya teringat filosof masa lalu, seperti Aristoles, Phytagoras, yang juga menguasai musik. Gitaris tangguh ini Februari 2008, tidak berhenti berkarya di usia yang tua. Ia diangkat menjadi seorang Rektor di Liverpool John Moores University, Inggris. Ia mengambil alih tugasnya itu dari Cherie Blair, istri mantan Perdana Menteri Inggris ,Tony Blair.
Sebenarnya, May memulai penyusunan disertasi Ph.D.-nya tahun 1974 lampau, namun meninggalkan kegiatan akademis seiring melambungnya popularitas band Queen. Sepeninggal mendiang Freddie Mercury November 1991, vokalis Queen yang didera AIDS, Brian May lalu memilih untuk kembali menekuni studinya mulai tahun 2006 lalu.
Ia mesti membersihkan tumpukan catatan kuliahnya yang tertutup debu karena terlampau lama terabaikan dan kemudian menyerahkan tesis doktornya bertajuk "Kecepatan Radial Dalam Awan Debu Zodiak" yang terdiri dari 48.000 kata kepada Kepala Departemen Astrofisika Imperial College, Profesor Paul Nandra. Tugasnya sebagai rektor kehormatan akan meliputi memimpin upacara wisuda dan mewakili universitas di berbagai kegiatan khusus.
"Brian May adalah pribadi yang sangat berbakat yang mencapai sukses global bersama kelompok band rock Queen," kata kepala eksekutif dan wakil rektor universitas, Profesor Michael Brown, seraya berujar, "Dalam masa budaya pesohor kini, jarang ditemukan seorang yang dikaruniai kemasyhuran, nasib baik dan pengakuan internasional, namun tetap mempertahankan nilai-nilai keyakinan hakikinya, yakni terus belajar dan memperoleh pencerahan."
Eric Patrick Clapton CBE (lahir di Ripley, Surrey, England, 30 Maret 1945; umur 63 tahun), julukan: "Slowhand", adalah gitaris sekaligus penyanyi, pencipta lagu, dan komponis asal Inggris yang pernah memenangi Grammy Award. Sebagai salah seorang musisi paling sukses di abad ke-20 dan abad ke-21, namanya diabadikan di museum Rock and Roll Hall of Fame sebanyak 3 kali (sebagai personil The Yardbirds, Cream, dan sewaktu berkarier solo). Penggemar dan kritikus musik menyanjungnya sebagai gitaris terbesar sepanjang zaman. menempati urutan ke-4 dalam daftar Gitaris Terbesar Sepanjang Masa yang diumumkan majalah Rolling Stone.[Selain itu, namanya juga masuk ke dalam daftar "100 Artis Terbesar Sepanjang Zaman" (The Immortals: 100 Greatest Artists of All Time) yang diumumkan majalah yang sama.
Sepanjang kariernya, Clapton dikenal memiliki gaya bermusik yang sangat bervariasi, namun semuanya berakar dari blues. Selain itu, nama Clapton dicatat dalam sejarah musik sebagai pencetus aliran blues-rock (bersama John Mayall & the Bluesbreakers dan The Yardbirds) serta psychedelic rock (sewaktu bersama grup musik Cream). Bukan hanya itu saja, lagu-lagu Clapton sukses dalam tangga lagu berbagai aliran, mulai dari delta blues (Me and Mr. Johnson) hingga kategori musik pop ("Change the World") dan reggae (sewaktu menyanyikan ulang lagu Bob Marley's "I Shot the Sheriff"). Clapton juga terkenal dengan lagu "Layla" sewaktu bergabung bersama grup musik Derek and the Dominos.